Rabu, 16 Desember 2009

Dalam Rangka Hari Ibu

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu berharap dari
ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh,
aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang
tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim
balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang
ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku
sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "angan menangis anakku,Aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! " Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan
kembali lagi.. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Kamis, 03 Desember 2009

DALAM RANGKA HARI IBU 22 DESEMBER

Meluruskan Salah Kaprah Peringatan Hari Ibu

Pemahaman kita tentang Hari Ibu, 22 Desember, mencerminkan pikiran yang kacau.
Peringatan Hari Ibu terpolusi oleh Mother’s Day yang diperingati di banyak negara, terutama Amerika Serikat. Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji ke-ibu-an para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, surprise party bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.
Perjuangan perempuan
Memang tidak ada yang salah dengan aneka ungkapan seperti itu. Tidak ada salahnya pula mengucapkan terima kasih atas jasa dan jerih payah ibu. Tetapi, jika merunut sejarah terjadinya Hari Ibu di Indonesia, sebenarnya bukan itu misi sejatinya. Misi sejati peringatan Hari Ibu adalah mengenang perjuangan kaum perempuan menuju kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Tahun 1959, Presiden Soekarno menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Tanggal 22 Desember dipilih untuk mengenang diselenggarakannya Kongres Perempuan pertama, 31 tahun sebelumnya, yakni tahun 1928 di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto, Jogjakarta.
Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pada tanggal keramat tersebut para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan.
Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya.
Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan jender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.
Dari paparan tersebut tercermin, misi diperingatinya Hari Ibu lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Yang lebih hebat, pemikiran dan aneka upaya penting itu terjadi jauh sebelum kemerdekaan negeri ini diraih dan jauh sebelum konsep-konsep adil jender dan feminisme berkembang di negeri ini.
Kata “ibu”
Yang barangkali telah merancukan pemaknaan Hari Ibu adalah digunakannya kata “ibu”, dan bukan “perempuan”. Masalahnya, jika ditilik dari apa yang dilakukan para pejuang saat itu, titik sentral yang digarap adalah kaum perempuan secara umum, bukan sebatas kaum ibu.
Jadi, menilik sejarahnya, mestinya bukan ”the state of being mother”-nya yang diapresiasi, tetapi keperempuanan dan semangat juang mereka yang hebat.
Penggunaan kata ibu ini pulalah yang tampaknya telah membuat pemaknaan Hari Ibu terseret ke arah pemaknaan Mother’s Day, yang lebih ditujukan untuk memberi puja-puji terhadap ke-ibu-an (motherhood) dan perannya sebagai “yang telah melahirkan dan menyusui”, sebagai pengasuh anak, sumber kasih sayang, pemandu urusan domestik, dan pendamping suami.
Hal-hal inilah yang menjadi titik sentral peringatan Mother’s Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, yang mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno.
Maka, di negara-negara tersebut, peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan Maret. Di Amerika Serikat dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, peringatan Mother’s Day jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara.
Akan tetapi, seperti terjadi di Indonesia, makna itu mengalami pendangkalan akibat komersialisasi dan bisnis media lebih ke arah hari makan-makan atau pemberian kado bagi para ibu.
Dari paparan tersebut, tampak peringatan Hari Ibu 22 Desember di Indonesia amat tidak konsisten karena secara makna lebih cenderung mengarah ke worshiping motherhood, seperti di Eropa dan Timur Tengah, dan praktiknya cenderung mengopi apa yang dilakukan masyarakat Amerika Serikat, tetapi dari segi waktu maunya memakai tanggal di mana pejuang perempuan bangsa bersatu.
Jika kita ingin dianggap jelas dalam berpikir, seharusnya mengembalikan hari penting itu kepada makna sejatinya, yakni mengenang perjuangan dan keterlibatan perempuan dalam usaha perbaikan nasib bangsa yang belum lepas dari berbagai kemalangan, tanpa harus menghilangkan rasa terima kasih dan puja-puji terhadap jasa dan perjuangan kaum ibu.
Atau jika penekanannya lebih kepada yang disebut terakhir, kita ciptakan Mother’s Day pada bulan Maret atau Mei. Selamat Hari Ibu. Selamat berjuang, kaum perempuan!

Selasa, 17 November 2009

TATA KELOLA PERPUSTAKAAN

TATA KELOLA PERPUSTAKAAN YANG BAIK
Salah satu parameter kualitas kinerja perpustakaan adalah adanya tata kelola yang baik dan transparan. Tata kelola dapat diartikan sebagai cara atau metode yang digunakan oleh suatu perpustakaan perguruan tinggi untuk mendayagunakan seluruh potensi dan unsur-unsur yang dimiliki secara optimal dalam upaya mencapai visi, misi perpustakaan yang telah ditetapkan. Tata kelola merupakan upaya sistematik dalam suatu proses untuk mencapai tujuan perpustakaan perguruan tinggi. Tujuan utama dari tata kelola yang baik adalah terjadinya peningkatan kualita layanan perpustakaan secara terus menerus dan berkesinambungan. Tata kelola yang baik menjamin adanya proses kesejajaran, kesamaan, kohesi, keseimbangan peran, serta adanya peran saling mengawasi atau saling mengendalikan yang dilakukan oleh semua komponen perpustakaan terkait. Ada enam indikator untuk keberhasilan tata kelola yang baik sebagaimana yang dikembangkan United Nation Developmen Program (UNDP) yaitu:
1. Mengikutsertakan semua komponen
2. Transparan dan bertangungjawab
3. Efektif dan adil
4. Menjamin kepastian aturan
5. Menjamin semua kebijakan didasarkan pada konsensus bersama
6. Memperhatikan pihak yang paling lemah dalam pengambilan keputusan.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, selain tuntutan adanya tata kelelola perpustakaan yang baik diperlukan adanya pengendalian mutu secara terpadu terhadap semua kualitas perkerjaan di perpustakaan. Pengendalian ini sering disebut dengan istilah Total Quality Management (TQM) yang meliputi beberapa aspek seperti:
1. Etika kerja yang baik
2. Integritas yang tinggi
3. Kepercayaan
4. Pelatihan secara berkelanjutan
5. Kerja tim yang handal
6. Kepemimpinan
7. Tanggung jawab
8. Komunikasi dan kejelasan kerja yang konstruktif
Aspek-aspek tersebut bisa diumpamakan sebagai sebuah bangunan yang masing-masing aspek saling berinterakasi dan saling bersinergi. Delapan aspek tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu: (1) Foundation yang meliputi aspek integritas, etika dan kepercayaan; (2) Building Brick yang meliputi aspek-aspek pelatihan, kerja tim, dan kepemimpinan; Binding Mortar yang dalam hal ini adalah aspek komunikasi dan kejelasan kerja; Roof yang dalam hal ini adalah aspek tanggungjawab.
Delapan Elemen Pengendalian Mutu Terpadu
Untuk mewujutkan TQM salah satunya diperlukan manual mutu yang harus didasarkan pada semua aktivitas perpustakaan yang tergambarkan dalam tata aliran kerja. Manual mutu adalah dokumen yang mensinergikan antara kebijakan dan standar perpustakaan, termasuk standar pelayanan yang ditetapkan. Manual mutu merupakan aktifitas yang terkoordinasi untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasikan agar mutu atau standar dapat tercapai. Manual mutu pada dasarnya adalah pernyataan ringkas kebijakan, tujuan, dan proses utama. Dalam dokumen mutu terdapat empat aspek yaitu: (1) pedoman mutu (PM), panduan prosedur (PP) yang juga sering disebut dengan SOP, (3) instruksi kerja, dan (4) dokumen lain pendukung. SOP perpustakaan sebenarnya merupakan bagian dari standar mutu yang dikembangkan oleh perpustakaan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERPUSTAKAAN
Perpustakaan sebagai bagian integral dari suatu organisasi (pendidikan) sangat dibutuhkan keberadaannya. Untuk itu perpustakaan dituntut untuk dapat meningkatkan mutu layananannya. Sebagai bagian dari sistem informasi manajemen, perpustakaan juga harus dapat memberikan laporan-laporan yang dapat menjadi bahan keputusan manajemen organisasi. Investasi yang ditanam di perpustakaan cukup besar karena memerlukan tenaga, biaya dan sarana yang tidak sedikit. Hasilnya tidak langsung dapat dirasakan. Sering sekali investasi di perpustakaan dianggap sebagai pemborosan sehingga dana dan fasilitas untuk perpustakaan dialihkan untuk bidang lain.
Apakah SOP diperlukan di perpustakaan? Seberapa pentingkah SOP di perpustakaan? Apakah pekerjaan di perpustakaan banyak mengandung resiko? Pertanyaan ini harus dikembalikan kepada pimpinan organisasi dan pelaksana di perpustakaan. SOP di perpustakaan tidak diperlukan apabila perpustakaan tidak ingin meningkatkan mutunya atau perpustakaan tidak dianggap bagian dari sistem manajemen organisasi yang ada.
Pada dasarnya, di perpustakaan terdapat pekerjaan rutin yang dilakukan setiap hari, mulai dari seleksi, pengadaan, pengolahan, pemeliharaan sampai pada pelayanan. Agar pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan baik maka diperlukan pedoman yang dapat memberikan tuntunan. Pedoman yang dimaksud adalah prosedur kerja yang standar atau SOP.
Salah satu tugas perpustakaan di lingkungan Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah mewujudkan visi dan misi lembaga dalam menyediakan dan memberikan pelayanan berbagai sumber informasi ilmu pengetahuan (Iptek) untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sebagai unit pelayanan informasi ilmiah terutama kepada sivitas akademika dan stake holder, perpustakaan dituntut untuk bekerja secara profesioanal dengan mengutamakan kualitas, kecepatan, kemudahan dalam pelayanan.
Saat ini tuntutan user kepada perpustakaan semakin tinggi. Perpustakaan diharapkan tidak sekedar sebagai mediatori dalam pelayanan informasi akan juga harus mampu berfungsi sebagai penyedia fasilitas dalam penyediaan kebutuhan informasi ilmiah. Selain itu berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan biasanya juga dibarengi dengan penerapan teknologi informasi dengan berbagai ragam bentuknya mulai dari otomasi perpustakaan, peluncuran informasi dengan berbasis Internet, jaringan informasi baik skala lokal maupun global, penggunaan pelayanan informasi secara on-line, kemasan informasi digital dan sebagainya. Kondisi menyebabkan meningkatnya kompleksitas sarana dan prasarana pendukung layanan di perpustakaan dan juga berakibat timbulnya layanan-layanan baru di lingkungan perpustakaan dengan berbasis pada teknologi informasi.
Agar perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan user maka upaya pemanfaatan dan pelayanan informasi ilmiah di perpustakaan juga perlu didukung dengan manajemen pelayanan yang baik, salah satunya melalui pelayanan yang konsisten dan terbuka untuk diaudit. Perwujudan transparansi dan standarisasi pelayanan dapat dilakukan antara lain melalui penyusunan standar pelayanan bagi setiap jenis pelayanan dan kegiatan yang ada di perpustakaan. Proses penyusunan standar pelayanan agar lebih mudah haruslah diketahui secara pasti prosedur dari suatu jenis pelayanan. Melalui prosedur yang jelas akan lebih mudah diketahui berapa biaya yang diperlukan, waktu yang dibutuhkan, siapa saja yang terlibat, peralatan apa saja yang diperlukan, serta persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh pengguna jasa pelayaan. Selanjutnya untuk menghasilkan kinerja yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan maka diperlukan adanya rangkaian prosedur yang distandarkan. Prosedur yang standar atau lebih dikenal dengan Standard Operating Procedures (SOP) secara sederhana dapat diartikan sebagai pedoman yang menunjukkan apa yang harus dilakukan, kapan hal tersebut dilakukan, dan siapa yang melakukannya.
Dengan demikian SOP bagi Perpustakaan menjadi penting karena dapat berfungsi membantu perpustakaan dalam memberikan pelayanan kepada sivitas akademika secara baik, konsisten, efektif dan efisien dalam hal: (1) memberikan pedoman / petunjuk bagi sivitas akademika tentang suatu prosedur pelayanan perpustakaan yang harus dilakukan, (2) menyediakan pedoman bagi semua staf perpustakaan dan pejabat perpustakaan dalam melaksanakan pelayanan rutin perpustakaan, (3) menghindari adanya tumpang tindih pelaksanaan tugas pelayanan perpustakaan kepada sivitas akademika, (4) membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam memberikan pelayanan perpustakaan, (5) menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam berbagai situasi.
Untuk menjamin pelaksanaan pelayanan secara optimal sesuai dengan tuntutan dari visi, misi, tugas, dan fungsi perpustakaan, dipandang perlu untuk membuat suatu pedoman kerja secara tertulis dalam bentuk Standard Operating Procedures Perpustakaan.
Semua lini kegiatan di perpustakaan membutuhkan SOP. Untuk itu SOP perlu dikembangkan untuk semua kegiatan dan semua bagian yang ada di perpustakaan guna menunjang TQM di perpustakaan seperti bagian tata usaha perpustakaan, bagian kepegawaian perpustakaan, bagian sarana dan prasarana perpustakaan, bagian pengembangan koleksi, bagian pelayanan peminjaman, bagian reference, bagian serial serta bagian lainnya yang dipandang perlu.

MANFAAT SOP PERPUSTAKAAN
Pengembangan SOP perpustakaan diharapkan dapat mengoptmalkan kinerja perpustakaan, karena pada dasarnya SOP adalah panduan kerja yang terstruktur yang dapat dipakai sebagai pengukuran kinerja. Secara umum manfaat SOP perpustakaan adalah sebagai berikut.
 SOP dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan pelaksanaan suatu pekerjaan bagi manajemen perpustakaan.
 SOP dapat digunakan sebagai sarana untuk menyimpan pengetahuan dan perkembangan yang diperoleh oleh perpustakaan.
 SOP dapat digunakan sebagai sarana acuan dalam melakukan penilaian terhadap proses pekerjaan di perpustakaan.
 SOP dapat digunakan sebagai sarana pelatihan bagi staf yang baru sehingga mengurangi waktu yang terbuang untuk memberikan pengarahan.
 SOP dapat digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat suatu perubahan sistem di perpustakaan.
 SOP dapat digunakan sebagai sarana audit sistem informasi perpustakaan.
 SOP dapat digunakan sebagai sarana dokumentasi sistem informasi perpustakaan.

BEBERAPA LANGKAH DAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN SOP
Secara umum pendekatan yang digunakan dalam penyusunan SOP Perpustakaan menggunakan siklus penyusunan SOP yang meliputi empat tahap yaitu: (1) Analisis kebutuhan SOP, (2) Pengembangan SOP, (3) Penerapan SOP, (4) Monitoring dan evaluasi.

Analisis Kebutuhan SOP
Dalam langkah awal penyusunan SOP akan dijelaskan mengenai analisis kebutuhan SOP untuk Perpustakaan. Selain itu juga diperlukan identifikasi faktor-faktor yang mungkin bisa mempengaruhi SOP. Kegiatan ini dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan untuk melihat kegiatan-kegiatan pekerjaan yang dibuatkan SOP. Berikutnya dikembangkan rencana aksi atau tindak lanjut.
Dalam analisis kebutuhan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

1. Lingkungan operasional, ini meliputi beberapa hal seperti bagaimanajah lingkungan operasional di Perpustakaan apakah sederhana atauaakh komples, apakah lingkugan operasional melibatkan bebagai unit yang saling berkaitan dan saling berhubungan.
2. Peraturan perundangan dan petunjuk teknis pelaksanaan yang sudah ada atau sudah dikembangan oleh Perpustakaan.
3. Kebutuhan Perpustakaan dan stake holder, kebutuhan perpustakaan dan stake holder perlu dirumuskan secara jelas. Apakah semua unit perpustakaan sudah membutuhkan SOP dan apakah kebutuhan tersebut mendesak?
4. Adanya kejelasan proses penilaian kebutuhan. Kegiatan ini penting untuk untuk dilakukan dan merupakan gambaran kebutuhan dari lembaga tentang SOP yang akan dikembangkan. Dari sisinilah nantinya SOP akan dikembangkan. Proses penilaian kebutuhan perlu didasarkan pada beberapa aspek berikut:
 dukungan lembaga
 action plan
 penilaian kebutuhan
 daftar SOP yang akan dikembangkan
 analisis SOP yang telah ada
 terbitnya dokumen penilaian kebutuhan dalam bentuk laporan

Pengembangan SOP
Dalam langkah kedua akan dibahas mengenai proses pengembangan SOP, dan hal-hal yang diperlukan dalam mendukung pengembangan SOP. Dalam langkah ini perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Pembentukan tim untuk mengembangkan SOP Perpustakaan. Tim ini bisa terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana dan juga unsur yang akan mengambangkan SOP.
2. Pengumpulan informasi dan identifikasi alternatif dilakukan dengan menggali informasi melalui berbagai cara seperti dengan:
 teknik brainstroming
 teknik focus group discussion
 teknik wawancara
 teknik survei
 teknik benchmark
 telaah dokumen
3. Analisis dan pemilihan alternatif, setelah tahap pengumpulan informasi dilakukan kemudian tim mulai analisis dari bahan yang telah terkumpul. Selanjutrnya tim akan menentukan berbabagi alternatif dari kegiatan pengembangan SOP baik yang menyangkut materi maupun cara dan bahkan sampai pada analis tentang alur yang akan dibuat.
4. Penulisan SOP
Penulisan SOP perlu dilakukan secara cermat sehingga dapat dihasilkan sebuah SOP yang bisa dipertanggungjawabkan dengan baik. Penulisan perlu mengacu pada format SOP dan memilih format mana yang akan digunakan oleh perpustakaan yang mengemebangkan SOP. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penulisan SOP adalah:
 tingkat ketelitian
 kejelasan dan ketepatan
 tingkat keluwesan
5. Pengujian dan review SOP
SOP yang telah dikembangkan perlu dilakukan pengujian atau review. Langkah penguujian dan review bisa dilakukan sebagai berikut:
 dikirmkan kepada pihak-pihak yang secara langsug terlibat (calon pengguna) dalam prosedur SOP yang dimaksud untuk memperoleh masukan. Masukan dari calaon pengguna ini sangat penting untuk dilakakukan.
 melakukan simulasi untuk melihat sejauh mana SOP dapat berjalan sesuai dengan kondisi yang nyata. Dengan simulasi dapat diketahui berbagai kelemahan dan prosedur-prosedur yang perlu diperbaiki sesuai dengan kondisi lapangan.
 melakukan uji coba dalam kegiatann nyata pada perpustakaan. Dengan cara ini kan diperoleh gambaran secara nyata bagimana SOP dilaksanakan dalam organisasi perpustakaan. Apakah masih perlu perbaikan dan perubahan.
 melalukan review dari hasil uji coba untuk perbaikan SOP. Hasil review perlu dikerjakan dalam bentuk tim sehingga bisa lebih obyektif dan komprehensif.
6. Pegesahan SOP
Pengesahan SOP dilakukan oleh kepala perpustakaan atau bisa dilakukan pada tingkat rektorat. Hal ini dimaksudkan agar SOP mempunyai kekuatan yang mengikat lembaga.
Penerapan SOP
Dalam bagian ini dijelaskan tentang perencanaan implementasi, langkah-langkah yang diperlukan untuk sosialisasi SOP kepada para pengguna, pendistribusian SOP kepada pengguna, analisis kebutuhan pelatihan (jika diperlukan) serta pengembangan mekanisme pengawasan kerja. Kegiatan penerapan SOP meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan penerapan SOP.
Perencanaan penerapan SOP perlu dilakukan secara sungguh-sungguh agar SOP yang akan dipakai dapat segera dipahami oleh staf pelaksana. Ada beberapa persiapan yang perlu dicermati antara lain:
 berapa banyak SOP yang akan diterapkan
 siapa yang menajdi target penerapan
 informasi apa yang akan disampaikan kepada target
 bagaimana cara penyebaran informasi SOP yang efektif
 bagaimana cara pemantauan pelaksanaan
2. Distribusi kepada unit-unit
Pada tahap ini SOP muali didistribusikan ke masing-masing unit yang akan menerapkan SOP. Pendistribusian SOP harus serentak sehingga semua unit akan melaksanakan secara serentak pula.
3. Pelatihan pemahaman SOP
 penilaian kebutuhan pelatihan
 pateri pelatihan
 Pemilihan peserta
 pemilaihan instruktur
 kompetensi yang diharapksn dari hasil pelatihan
 penjadwalan dan administrasi
4. Supervisi. Kegiatan ini perlu dilakukan dengan cara mengamati dan melakukan pengawasan apakah SOP sudah dilakasanakan dan seberapa jauh SOP tersebut bisa dilaksanakan dengan baik.

Monitoring dan Evaluasi
Pada langkah ini dibahas tentang mekanisme monitoring untuk melihat sejauh mana penerapan SOP dan bagaimana SOP bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja Perpustakaan. Sementara itu untuk evaluasi akan difokuskan pada penilaian SOP itu sendiri apakah perlu ada perubahan dan penambahan. Kegiatan ini menjadi masukan bagi Perpustakaan untuk langkah mendatang. Kegiatan ini meliputi langkah:
1. Monitoring
Perpustakaan perlu menyiapkan mekanisme monitoring kinerja dan memastikan bahwa SOP bisa dilaksanakan dengan baik. Proses ini diarahkan untuk membandingkan dan memastikan kinerja pelaksana seuai dengan masksut dan tujuan yang terdapat dalam SOP, melakukan identifikasi, permasalahan yang timbul, menentukan cara untuk meningkatkan hasil implementasi, dan atau menyediakan dukungan tambahan jika diperlukan. Monitoring harus disertai sistem pengukuran antra kinerja staf dengan kinerja yang diharapkan. Metode monitoring yang dapat digunakan antara lain berupa:
 observasi supervisor
 interview dengan pelaksana
 interview dengan user
 pertemuan dan diskusi kelompok kerja
 pengarahan dalam pelaksanaan
2. Evaluasi
Sebenarnya secara substansial SOP akan membantu kinerja perpustakaan menjadi lebih produktif. Selain hal tersebut SOP juga dapat menjadikan perpustakaan lebih efektif dan lebih kohesif. Tidak selamanya SOP berlaku secara permanen, setiap perubahan di perpustakaan akan selalui membawa perubahan terhadap SOP yang diaplikasikan. Oleh sebab itu SOP perlu secara terus menerus untuk dievaluasi agar prosedur dalam perpustakaan selalu merujuk pada akuntabilitas dan kinerja yang optimal. Evaluasi sebagai langkah tindak lanjut dari monitoring dapat meliputi substansi SOP itu sendiri atau dan proses penerapannya. Dari sisi substansi, evaluai SOP dapat dilakukan dengan mengacu pada kepada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a) sejauh mana SOP dapat mendorong peningkatan kinerja perpustakaan
b) sejauh mana SOP dapat dipahami oleh pelaksana pada semua lini di perpustakaan?
c) sejauh mana setiap staf dapat melaksanakan SOP?
d) apakah SOP yang sudah jadi masih memerlukan revisi?
e) Sejauh mana diperlukan penyempurnan-penyempurnaan terhadap SOP yang telah diterapkan atau sejauh mana diperlukan adanya SOP baru?
f) sejauh mana berbagai masalah yang ada perpustakaan dapat diatasi dengan penerapan SOP?
g) sejauh mana SOP dapat menjawab perubahan lingkungan perpustakaan?
h) spakah SOP dapat berjalan secara sinergis antar unit yang ada di perpustakaan?

TIPE DAN FORMAT SOP
Selain berdasarkan pada siklus pengembangan SOP, perlu juga ditentukan tipe atau model SOP yang akan dikembangkan. Secara umum ada tiga model SOP yaitu
1. SOP Teknis (technical SOP)
SOP teknis disusun untuk berbagai kegiatan teknis. Model teknis biasanya banyak digunakan di lingkungan industri dan laboratorium.
2. SOP Administratis (administrative SOP)
SOP administratif digunakan untuk menyusun berbagai macam kegiatan administratif, biasa untuk menggambahan alur kerja dan prosedur kerja di kantor, untuk prosedur audit pekerjaan dna sebagainya.
3. SOP Gabungan model teknis dan model administratif.
SOP ini merupakan gabungan dari dua jenis SOP diatas. Biasanya ini digunakan untuk menemtukan prosedur kerja yang sifatnya teknis dan administratif.
Format SOP
Ada berbagi formast SOP ada yang sangat rinci tetapi juga ada yang sederhana. Secara sederhana SOP biasanya memuat informasi yang diperlukan dan terindentifikasi sehingga praktis untuk digunakan. Informasi yang terdapat dalam SOP pada umumnya dibuat secara jelas sehingga dapat memberikan informasi bagi pelaksana. Berikut ini informasi yang ada di SOP secara sederhana.
1. Judul harus jelas dan menggambarkan aspek kegiatan yang perlu dipandu dengan prosedur kerja secara tetap.
2. Tujuan hendaknya dirumuskan secara detail dan jelas sehingga pelaksana SOP mengetahui arah kegiatan secara jelas dan hasil kari kegiatan yang dikehendaki secara jelas pula.
3. Lingkup SOP merupakan proses kegiatan, diterangkan dengan jelas dan lengkap mana yang akan diluput dan mana yang tidak.
4. Tanggungjawab dan wewenang (pelaksana dan fungsi organisasi) kemudian diidentifikasi bagian akhir dari teks yang sesuai.
5. Penyelesaian kegiatan, pada bagian ini tingkat rincian dapat berbeda , tergantung pada rutinitas kegiatan dan metode kerja yang digunakan.
6. Keterangan tentang kegiatan, tergantung pada kebutuhan organisasi, yang menerangkan proses dengan bagan atau yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan berikutnya harus dapat menjelaskan dan menentukan apa yang akan dilaksanakan, oleh siapa, bagian atau unit mana, mengapa, kapan dimana dan bagaimana. Pada keterangan juga harus menginformasikan kendali proses dan kendali aktifitas yang telah ditentukan. Selain itu juga menentukan dokumen yang diperlukan yang berhubungan dengan kegiatan terkait dan menentukan skema.
7. Rekaman yang berkaitan dengan aktifitas harus ditentukan dengan pasti. Metode untuk menyimpan arsip dan semua pelaporan harus dinyatakan dengan jelas.

PENUTUP
Manual mutu merupakan aktifitas yang terkoordinasi untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasikan agar mutu atau standard kinerja perpustakaan dapat tercapai. Manual mutu pada dasarnya adalah pernyataan ringkas kebijakan, tujuan, dan proses utama. Dalam dokumen mutu terdapat empat aspek yaitu: pedoman mutu (PM), panduan prosedur (PP) yang juga sering disebut dengan SOP, instruksi kerja, dan dokumen pendukung. SOP perpustakaan merupakan bagian dari standar mutu yang dikembangkan oleh perpustakaan.
Secara umum penyusunan SOP meliputi empat tahap yaitu: analisis kebutuhan SOP, pengembangan SOP, penerapan SOP, monitoring dan evaluasi. Keempat tahap tersebut dilakukan secara beurutan sehingga dapat menghasilkan SOP yang sesuai dengan kebutuhan lapangan untuk menunjang kelengkapan manajemen mutu terpadu di perpustakaan

Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2006. Panduan Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi SPM-PT Bidang Akademik. Jakarta: Depdiknas
Edelman, Mark. 2003. Writing and Editing SOPs and the Technical Writer. New York: Metro Chapter
Imai, Masaaki. 1998. Gemba Kaizen: Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah pada Manajemen. Jakarta: Yayasan Toyota-Astra Motor dan Penerbit Lembaga PPM
Indonesia. Lembaga Administrasi Negara. 2005. Penyusunan Standard Operating Procesures (Prosedur Tetap). Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Padhi, Narayantra. 2007. The Eight Elements Of TQM. http://www.isixsigma.com/library/content/c021230a.asp. Download 20 April 2007
Quality Guidance for Preparing Standard Operating Procedures (SOPs) E A QA/G. Tersedia di www.epa.gov/quality. Download 5 Mei 2006.
Standard Operating Procedure Development. Tersedia di http://www.unisa.edu.au/ohsw/procedures/standardoperatingproce.asp. Download 12 Maret 2007
Univeristas Negeri Malang. 2006. Prosiding Seminar dan Lkakarya Pengembangan dan Implementasi SOP dan Manual Mutu dalam Menjamin Mutu Akademik – Tanggal 13 Maret 2006. Malang: Universitas Negeri Malang
Universitas Indonesia. 2003. Manual Prosedur Operasional Standar Perpustakaan Universitas Indonesia. Depok: UPT Perpustakaan Universitas Indonesia
Writing Procedures: How to Document your Quality System Effectively. Manchester, The National Computing Centre, 1995
Safecom Inc. 2007. Writung Guide for Standard Operating Procedures. Home land Security.

Senin, 20 April 2009

TTS ISLAMI




Mendatar
1.Penanda tangan proklamasi
6.Negara Taliban
8. Ikan raksasa
11. Larangan ucapan pada orang tua
12. Kapal legendaris yang tenggelam dan di film kan
13. Pengganjal kepala waktu tidur
14. Asal suku using (santet)
16. Padang terluas di afrika
17. Bahan dasar tape
19. Daerah sebelum bernama saudi Arabia
20. Presiden pertama USA dari kulit hitam
22. Kampus putih di malang
23. Jembatan terkenal di kota Surabaya
Menurun
1.ungkapan rasa takjub
2.berkurang sedikit demi sedikit
3.julukan kota batu
4.kota dengan motto GERBANG SALAM
5.pulau dewata
7. nabi tanpa bapak
9. bahan pokok untuk terasi
10. raja hutan
13. suku asli Jakarta
15. pulau seribu pulau
17. presiden RI ke-5
18. pemain bola legendaris asal argentina
19. hubungan sejenis
21. serambi makkah, propinsi

Kamis, 19 Maret 2009

tugas 2 lanjutan

Teori Belajar Kognitif
Oleh : Mohammad Bayan / 06110009
FAI Tarbiyah UMM
Dalam teori belajar ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward” dan “reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitif. Didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memeperoleh “insight”untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih daripada bagian-bagian. Mereka memberi tekanan pada organisasi pengamatan atas stimulus di dalam lingkungan serta pada faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.

Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tampat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat diabawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semulanya tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.

Teori Belajar “ Cognitive Development ”dari Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari kongkret menuju abstrak.
Piaget adalah seorang psikolog “development” karena penelitiannya mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Dia adalah salah seorang psikolog yang suatu teori komprehensif tentang perkembangan intelegensi atau proses berpikir. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kualitiatif, melainkan kualitatif. Apabila ahli biologi menekankan penjelasan tentang pertumbuhan struktur yang memungkinkan individu mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan, maka Piaget tekanan penyelidikannya lain. Piaget menyelidiki masalah yang sama dari segi penyesuaian atau adaptasi manusia serta meneliti perkembangan intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual terbentuk dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan.

Piaget memakai istilah “ scheme” secara “interchangably” dengan istilah struktur “ scheme”adalah pola tingkah laku yang dapat diulang “ Scheme” berhubungan dengan :

- Refleks-refleks pembawaan; misalnya bernafas, makan, minum.

- Scheme mental misalnya “sheme of classification”, “ scheme of operation” (pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap), dan “ scheme of operation” ( pola tingkah laku yang dapat diamati)

Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu:

1) Struktur, disebut juga “ scheme” seperti yang dikemukakan diatas

2) Isi disebut juga “content” yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah.

3) Fungsi, disebut juga ‘ function” yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelktual.

Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi “ invariant” yaitu organisasi dan adaptasi.

Organisasi: berupa kecakapan seseorang atau organisasi dalam menyusun proses-proses fesis dan psikis dalam bentuk sistem-sistem yang koheran.

Adaptasi : yaitu adaptasi individu terhadap lingkungan. Adaptasi ini terdiri dari dua macam proses komplermenter, yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimillasi : Proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk menghadapi amasalah dalam lingkungannya. Sedangkan akomodasi, proses perubahan respon individu terhadap stimulasi lingkungan. Pengaplikasian di dalam belajar : perkembangan kognitif bergantung pada akomodasi. Kepada siswa harus diberikan suatu area yang beluim diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tidak dapat menggantungkan diri pada asimilasi. Dengan adanya area baru ini siswa akan mengadakan uasaha untuk dapat mengakomodasikan. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah pertumbuhan kognitif.

Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek yaitu: strctur, content, dan function. Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektuanya berubah atau berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian perkembangan; masing-masing mempunyai struktur psikologis khusus yang menentukan kecakapan pikiran anak. Maka Piaget mengartikan intelegensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.

Tahap-tahap perkembangan Piaget:

1) kematangan

2) Pengalaman fisik atau lingkungan

3) Tranmisi sosia;

4) Eguilibrium atau self regulation



Selanjutnya ia membagi tingkat-tingkat perkembangan yaitu :

1) Tingkat sensori motoris : 0,0 – 2,0

2) Tingkat preoperasobal : 2,0 – 7,0

3) Tingkat operasi kongkret: 7,0 – 11,0

4) Tingkat operasi formal : 11,0

Penjelasan :

1. Tingkat sesori motoris

Bayi lahir refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak ini, anak tidak mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya.

2. Tingkat preoperasional

Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya saja. Baru pada menjelang akhir tahun ke-2 anak telah memulai mengenal simbolk atau nama. Dalam hubungan ini Philips (1969) membagi atas (1) concretemss, (2) irreversibility (3) centering ( ini tanpak adanya egocerntrisme) ( 4) states vs Transformatiion dan (5) tranductive reasoning.

3. Tingkat operasi kongkret

Anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Kecakapan kognitif anak ( 1) combinativity classification, (2) reversibility ( 3) associativity (4) Identity ( 5) seriallizing. Anak mulai kurang egocentrisme-nya dan lebih socientris ( anak mulai membentuk peer group)

4. Tingkat operasi formal

Anak telah mempunyai pemikiran yang abstrak pada bentuk-bentuk lebih kompleks. Flavell (1963) memberikan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Pada pemikiran abnak remaja adalah hypothetico deductive. Ia telah dapat membuat hipotesis-hipotesis dari suatu problem dan membuat keputusan terhadap problem itu secara tepat, tetapi anak kecil belum dapat menyimpulkan apakah hipotesisnya ditolak atau diterima.

b) Periode propositional thinking

Remaja telah dapat memberikan statement atau proporsi berdasarkan pada data yang kongkret. Tetapi kadang-kadang ia berhadapan dengan proposi yang bertentangan dengan fakta.

c) Periode combinatorial thinking

Bila remaja itu mempertimbangkan tentang pemecahan problem ia telah dapat memisahkan faktor-faktor yang menyangkut dirinya dan mengombinasikan faktor-faktor itu.

Sabtu, 14 Maret 2009

tugas2. lanjutan

Teknik Rekaman Suara Digital
Oleh : Mohammad Bayan / 06110009
FAI Tarbiyah UMM
Dua kemajuan teknologi yang amat signifikan bagi dunia perekaman musik belakangan ini adalah teknologi MIDI sequencing serta disk-based digital audio recording. Teknologi yang disebut pertama tadi merupakan sarana untuk merekam dan memainkan kembali data not musik. Sedangkan yang disebut belakangan merupakan sarana untuk merekam suara ke dalam bentuk digital. Data rekaman suaranya kemudian disimpan dalam bentuk cakram/harddisk. Harap diperhatikan, bahwa pada teknologi perekaman suara ini, yang direkam bukan data not musik, melainkan suara musik itu sendiri, termasuk suara vokal.
Teknik perekaman not musik melalui MIDI, menggunakan sarana yang disebut MIDI sequencer. Sarana ini dapat berbentuk alat khusus seperti Roland MC-500, instrumen musik seperti Korg X3, atau juga program komputer seperti Cakewalk Pro Audio 9, SONAR 6, Steinberg Cubase SX, Ableton, ACID, Powertracks, dll.
Prinsip kerjanya demikian: kita memainkan aransemen musik melalui keyboard atau gitar yang dihubungkan ke sequencer melalui kabel MIDI. Data-data nya lalu disimpan dalam harddisk/disket. Untuk memainkan kembali aransemen tersebut, perekam not tadi dihubungkan dengan kabel MIDI ke instrumen synthesizer, yang akan berbunyi sesuai data MIDI yang dikirimkan oleh perekam (sequencer) not.

tugas2

Oleh : Mohammad Bayan / 06110009
FAI Tarbiyah UMM
10 Macam Kecerdasan
Kecerdasan Verbal Linguistik
Jenis kecerdasan ini berhubungan dengan membaca , menulis dan bahasa termasuk menulis puisi, sajak dan bercerita., kecerdasan ini juga disebut kecerdasan kata-kata

Kecerdasan Numerik
Kecerdasan ini ditemukan kepada orang-orang yang suka bermain dengan angka-angka. Mereka sangat suka sekali dengan data-data statistik. Mereka juga mudah memecahkan persoalan matematika dan mereka juga biasanya pemikir yang rasional dan tenang.

Kecerdasan Ruang / Visual
Kalau dengan mencoret-coret anda bisa lebih mendengarkan pelajaran di kelas. Atau jika anda selalu melihat benda-benda yang ingin di foto. Kecerdasan ini terbiasa melihat pola, desain dan ruang. Ini ditemukan pada banyak seniman, arsitek dan koreografer yang bisa memvisualisasikan objek 2/3 dimensi menjadi nyata

Kecerdasan Musikal
Apakah anda seorang yang menikmati atau bahkan menciptakan suatu harmoni suara ?, maka anda termasuk ke dalam orang yang cerdas secara musikal. Kecerdasan ini berhubungan dengan suara, ritme dan rima

Kecerdasan Fisik
Jika anda sangat suka dengan olahraga dan di kamar anda banyak terletak peralatan olahraga, berarti anda cerdas secara fisik. Orang yang mempunyai kecerdasan ini biasanya dengan sadar dapat menggunakan gerak tubuhnya dengan baik

Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan inilah yang dimiliki anak-anak gaul dalam arti sebenarnya. Jika anda mudah membina persahabatan dengan orang-orang, atau mudah untuk mengetahui apa yang dipikirkan temanmu. Kecerdasan ini mengacu pada cara seseorang bergaul dengan orang lain.

Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan mengenai diri sendiri atau sadar-diri. Ini juga disebut kecerdasan emosional. Karena berhubungan dengan cara anda menangani emosi. Jika anda terkena situasi sulit, anda dapat dengan mudah untuk mengontrolnya, jika anda sabar dengan segala kekurangan, Jika anda berpikir sebelum menjawab, maka anda termasuk orang yang mempunyai kemampuan cerdas secara intrapersonal.

Kecerdasan Natural
Kecerdasan ini mendefiniskan kepekaan seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. Kalau anda menikmati berada di alam terbuka setiap akhir pekan atau terlibat terhadap suatu kelompok yang mengurusi masalah lingkungan hidup maka anda termasuk ke dalam orang cerdas secara natural

Kecerdasan Intuitif/Visi
Ini adalah kecerdasan seseorang yang menentukan menjadi pemimpin atau pengikut. Pemimpin-pemimpin besar dapat melihat situasi yang akan terjadi dan mengambil tindakan tepat untuk menanggapinya.tindakan yang diambil bukan hanya berdasarkan intuisi semata tetapi melihat juga fakta-fakta ke belakang dan melakukan keputusannya dengan “berani”. Dalam dunia IT Bill Gates adalah salah satu contohnya, entah kenapa orang ini sepertinya punya bola kristal di dalam kantongnya, dia dapat meramalkan bahwa PC akan tersedia di rumah-rumah dan nyatanya sekarang komputer bukan barang langka bagi rumah tangga.

Kecerdasan Finansial
Apakah anda selalu mengaudit pemasukan dan pengeluaran anda. Apakah Jika Anda pergi ke mall, anda dapat menahan diri untuk membeli barang-barang yang menarik bagi anda tetapi bukan merupakan prioritas tertinggi. Apakah anda dapat dengan mudah mengelola uang, maka anda termasuk orang yang cerdas secara finansial

Referensi :
Rich Dad Poor Dad For Teens, Robert T Kiyosaki
Multiple Intelligence, Dr Howard gardner

Artikel ini juga saya posting pada situs MyQuran.org