Kamis, 19 Maret 2009

tugas 2 lanjutan

Teori Belajar Kognitif
Oleh : Mohammad Bayan / 06110009
FAI Tarbiyah UMM
Dalam teori belajar ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward” dan “reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitif. Didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memeperoleh “insight”untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih daripada bagian-bagian. Mereka memberi tekanan pada organisasi pengamatan atas stimulus di dalam lingkungan serta pada faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.

Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tampat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat diabawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semulanya tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.

Teori Belajar “ Cognitive Development ”dari Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari kongkret menuju abstrak.
Piaget adalah seorang psikolog “development” karena penelitiannya mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Dia adalah salah seorang psikolog yang suatu teori komprehensif tentang perkembangan intelegensi atau proses berpikir. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kualitiatif, melainkan kualitatif. Apabila ahli biologi menekankan penjelasan tentang pertumbuhan struktur yang memungkinkan individu mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan, maka Piaget tekanan penyelidikannya lain. Piaget menyelidiki masalah yang sama dari segi penyesuaian atau adaptasi manusia serta meneliti perkembangan intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual terbentuk dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan.

Piaget memakai istilah “ scheme” secara “interchangably” dengan istilah struktur “ scheme”adalah pola tingkah laku yang dapat diulang “ Scheme” berhubungan dengan :

- Refleks-refleks pembawaan; misalnya bernafas, makan, minum.

- Scheme mental misalnya “sheme of classification”, “ scheme of operation” (pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap), dan “ scheme of operation” ( pola tingkah laku yang dapat diamati)

Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu:

1) Struktur, disebut juga “ scheme” seperti yang dikemukakan diatas

2) Isi disebut juga “content” yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah.

3) Fungsi, disebut juga ‘ function” yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelktual.

Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi “ invariant” yaitu organisasi dan adaptasi.

Organisasi: berupa kecakapan seseorang atau organisasi dalam menyusun proses-proses fesis dan psikis dalam bentuk sistem-sistem yang koheran.

Adaptasi : yaitu adaptasi individu terhadap lingkungan. Adaptasi ini terdiri dari dua macam proses komplermenter, yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimillasi : Proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk menghadapi amasalah dalam lingkungannya. Sedangkan akomodasi, proses perubahan respon individu terhadap stimulasi lingkungan. Pengaplikasian di dalam belajar : perkembangan kognitif bergantung pada akomodasi. Kepada siswa harus diberikan suatu area yang beluim diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tidak dapat menggantungkan diri pada asimilasi. Dengan adanya area baru ini siswa akan mengadakan uasaha untuk dapat mengakomodasikan. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah pertumbuhan kognitif.

Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek yaitu: strctur, content, dan function. Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektuanya berubah atau berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian perkembangan; masing-masing mempunyai struktur psikologis khusus yang menentukan kecakapan pikiran anak. Maka Piaget mengartikan intelegensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.

Tahap-tahap perkembangan Piaget:

1) kematangan

2) Pengalaman fisik atau lingkungan

3) Tranmisi sosia;

4) Eguilibrium atau self regulation



Selanjutnya ia membagi tingkat-tingkat perkembangan yaitu :

1) Tingkat sensori motoris : 0,0 – 2,0

2) Tingkat preoperasobal : 2,0 – 7,0

3) Tingkat operasi kongkret: 7,0 – 11,0

4) Tingkat operasi formal : 11,0

Penjelasan :

1. Tingkat sesori motoris

Bayi lahir refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak ini, anak tidak mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya.

2. Tingkat preoperasional

Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya saja. Baru pada menjelang akhir tahun ke-2 anak telah memulai mengenal simbolk atau nama. Dalam hubungan ini Philips (1969) membagi atas (1) concretemss, (2) irreversibility (3) centering ( ini tanpak adanya egocerntrisme) ( 4) states vs Transformatiion dan (5) tranductive reasoning.

3. Tingkat operasi kongkret

Anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Kecakapan kognitif anak ( 1) combinativity classification, (2) reversibility ( 3) associativity (4) Identity ( 5) seriallizing. Anak mulai kurang egocentrisme-nya dan lebih socientris ( anak mulai membentuk peer group)

4. Tingkat operasi formal

Anak telah mempunyai pemikiran yang abstrak pada bentuk-bentuk lebih kompleks. Flavell (1963) memberikan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Pada pemikiran abnak remaja adalah hypothetico deductive. Ia telah dapat membuat hipotesis-hipotesis dari suatu problem dan membuat keputusan terhadap problem itu secara tepat, tetapi anak kecil belum dapat menyimpulkan apakah hipotesisnya ditolak atau diterima.

b) Periode propositional thinking

Remaja telah dapat memberikan statement atau proporsi berdasarkan pada data yang kongkret. Tetapi kadang-kadang ia berhadapan dengan proposi yang bertentangan dengan fakta.

c) Periode combinatorial thinking

Bila remaja itu mempertimbangkan tentang pemecahan problem ia telah dapat memisahkan faktor-faktor yang menyangkut dirinya dan mengombinasikan faktor-faktor itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar